Mungkin kita memang harus berpikir untuk secara bersamaan menjadi amnesia bahwa kita adalah orang minang. Melepaskan embel-embel orang minang.
Konon katanya, kita baru bisa merasakan pentingnya sesuatu saat kita kehilangan sesuatu tersebut. Kali ini kita mencoba sejenak menghilangkan keminangan kita. Lalu kita renungkan, bagaimana kita sekarang tanpa embel-embel minangkabau. Apakah berbeda nyata pengaruhnya kepada diri kita, keluarga, RT/RW, Kelurahan, dan seterusnya sampai kepada semesta ini.
Pola pelupaan sejenak ini, kita lakukan dengan pendekatan top down. Kita minta tolong Pak Yusuf Kalla mengatakan pada orang rumah beliau, jangan mengaku orang minang dulu. Sehingga beliau otomatis, sementara tidak menjadi orang sumando. Pak Azwar Anas kita minta melepaskan atribut minangkabaunya lengkap dengan gelar Datuak Sulaiman beliau. Lalu dilanjutkan oleh Pak Hasan Basri Durin, Abdul Latief, dan seterusnya. Seratusan Anggota DPR diminta untuk segera mengeluarkan press release, yang isinya bantahan sementara tentang gosip selama ini soal keturunan minang mereka.
Proses ini terus berlanjut kepada organisasi-organisasi minang di rantau. Membekukan diri untuk sementara. Kalau yang sudah punya sekretariat, sementara dijadikan saja dulu warung pecel lele atau warung pembuatan anek juice. Kemudian berlanjut pada individu-indiviud minangkabau. Kalau tetangga dan teman di kantor menanyakan orang mana, jawab saja sekenanya. Jangan lagi menjawab mengaku orang padang.
...................................................................................
Apakah melepaskan keminangan ini mengganggu kita?
Berapa orang di antara kita yang mendadak gila karena tidak menjadi minang lagi?
Berapa orang yang jatuh miskin?
Yang kena TBC, Eksim, Panuan dan seterusnya.
Segera kita bikin dua buah lingkaran perlambang himpunan.
Tak boleh ada irisan!
Lingkaran A: orang minang
Lingkaran B: orang tak minang pun tak apa-apa
Salam
Konon katanya, kita baru bisa merasakan pentingnya sesuatu saat kita kehilangan sesuatu tersebut. Kali ini kita mencoba sejenak menghilangkan keminangan kita. Lalu kita renungkan, bagaimana kita sekarang tanpa embel-embel minangkabau. Apakah berbeda nyata pengaruhnya kepada diri kita, keluarga, RT/RW, Kelurahan, dan seterusnya sampai kepada semesta ini.
Pola pelupaan sejenak ini, kita lakukan dengan pendekatan top down. Kita minta tolong Pak Yusuf Kalla mengatakan pada orang rumah beliau, jangan mengaku orang minang dulu. Sehingga beliau otomatis, sementara tidak menjadi orang sumando. Pak Azwar Anas kita minta melepaskan atribut minangkabaunya lengkap dengan gelar Datuak Sulaiman beliau. Lalu dilanjutkan oleh Pak Hasan Basri Durin, Abdul Latief, dan seterusnya. Seratusan Anggota DPR diminta untuk segera mengeluarkan press release, yang isinya bantahan sementara tentang gosip selama ini soal keturunan minang mereka.
Proses ini terus berlanjut kepada organisasi-organisasi minang di rantau. Membekukan diri untuk sementara. Kalau yang sudah punya sekretariat, sementara dijadikan saja dulu warung pecel lele atau warung pembuatan anek juice. Kemudian berlanjut pada individu-indiviud minangkabau. Kalau tetangga dan teman di kantor menanyakan orang mana, jawab saja sekenanya. Jangan lagi menjawab mengaku orang padang.
...................................................................................
Apakah melepaskan keminangan ini mengganggu kita?
Berapa orang di antara kita yang mendadak gila karena tidak menjadi minang lagi?
Berapa orang yang jatuh miskin?
Yang kena TBC, Eksim, Panuan dan seterusnya.
Segera kita bikin dua buah lingkaran perlambang himpunan.
Tak boleh ada irisan!
Lingkaran A: orang minang
Lingkaran B: orang tak minang pun tak apa-apa
Salam
2 comments:
menjadi orang minang atau bukan, tak pernah masalah buat saya... yang membuat saya bertahan cuma d system... jika suatu saat hegemoni ini bisa ditembus layaknya "de perpetual concept" bukankah akan terumuskan an automatic cycling system... mempelajari ini sangat menarik buat saya, dan ini hanya tersisa sedikit dalam beberapa budaya, minangkabau salah satunya. sedangkan yang lain, ternyata tidak setangguh menciptakan pola defensif atas intervensi... yang saya nikmati sebenarnya penemuan tidak sengaja atas pembelajaran ini... sebagai mana leonardo, zimara, fludd, planc, kircher, leibniz, dan kawan2 yang terobsesi membuktikan perpetual motion ternyata memberikan wide range pada ilmu pengetahuan... dan semuanya bermulai dari kincir air...
hehehe
wahai anak panah tajam
tatap ke depan saja
tak perlu menoleh lagi
melesatlah....
Post a Comment