Thursday, September 6, 2007

ISTANBUL, Sebuah Timur di Barat...1

Rasa lelah 12 jam perjalanan udara dari Singapura langsung hilang, ketika roda pesawat Turkish Airlines menyentuh landasan Bandara Internasional Attaturk di kota Istanbul, Turki. Rasa penasaran akan sebuah kota penuh sejarah ini langsung memenuhi pikiran ini. Otakku langsung dipenuhi imajinasi berseting Turki di akhir abad ke 19 seperti dalam Novel Tariq Ali berjudul Perempuan Batu, selang setahun lalu kutamatkan. Kisah tentang keluarga bangsawan diplomat kesultanan Usmaniyah.

Selepas urusan kantor, sorenya aku langsung berjalan-jalan menyusuri kota ini. Beruntung ada yang menjadi guide bagiku menikmati perjalanan selepas jam kerja ini. Alhamdulillah ini summer, matahari baru terbenam pukul 8 malam. Jadi, aku masih sempat menikmati pemandangan siang kota dua benua ini.

Betapa aku berdecak kagum di tengah lalu lalang ribuan orang di Taksim Square. Sebagian besar terlihat berlari mengejar waktu. Sebagian kecil terlihat duduk santai, menikmati sajian teh khas turki di lorong jalan Istiqlal. Sebagian lagi juga larut dalam kenikmatan simbol-simbol modern. Starbucks, Burger King dan Pizza Hut. Kukagumi setiap perempuan muda turki yang terlihat. Begitu cantik dan eksotiknya. Perpaduan postur eropa dan balutan kulit lembut asia. Sungguh, mereka akan selalu terlihat cantik bagiku.

Kembali aku membayangkan masa lalu dimasa kesultanan Usmaniyah. Tetap bersetting Novel Perempuan batu, selang setahun lalu kutamatkan. Sapaan Effendi dan Hanim Effendi, berseliweran di kupingku. Para perempuan dan laki-laki memakai pakaian khas turki. Berseling dengan laki-laki asing berpakaian jas atau berjubah khas arab. Sebagian mereka adalah para diplomat asing dan para musafir niaga. Mungkin aku akan mencoba duduk bersama mereka di sebuah kedai kopi, bercerita tentang negeri kami masing-masing. Akan kuceritakan kepada mereka tentang islam di negeriku , sebuah negeri di timur jauh. Sambil sesekali meneguk Raki* atau Ouzo dari negeri tetangga mereka, Yunani.

Sempat aku berdoa, di Taksim Square ini kutemukan mesin waktu. Agar aku bisa melihat langsung semua suasana itu. Tak sebatas khayal dan lamunan lagi.

* Raki (baca rake, sejenis arak khas Turki)