Bonaparte pernah berujar, jikalau dunia ini adalah sebuah negara tunggal, Istanbul adalah ibukotanya. Mungkin ucapan ini terlontar karena keindahan kota Istanbul, atau bisa jadi karena posisi geografis Istanbul yang memang cukup ideal sebagai sebuah ibukota di masa itu. Apalagi dikaitkan dengan adanya benteng alami bernama selat bosphorous dan golden horn, yang membuat perlindungan kota lebih gampang. Di masa, dimana peperangan memang lumrah terjadi kapan saja.
Bagiku, kedua alasan ini masuk akal. Istanbul memang indah dan strategis. Selama 5 hari di kota ini, aku menyempatkan diri mengenal keindahan fisik dan eksotisme budayanya.
Satu hal yang menggelitik selama berada disana adalah soal pemerintahannya. Baik di masa lalu, setengah lalu, setengah kini dan saat ini. Bagiku Istanbul (baca Turki) sungguh sangat unik dan membuat ingin tahu. Perbincanganku dengan kawan-kawan penduduk asli memperkaya pemahamanku jauh di luar informasi yang aku dapat selama ini tentang Turki. Kebanyakan yang kukenal disana, adalah pendukung sekularisme. Sedikit saja yang masih berbau puritan.
Aku selalu memancing dengan pertanyaan kenapa Partai Islam yang menang di tengah prinsip dasar sekluarisme negara anda. Aku berada disana ketika belum ada kepastian pelantikan Abullah Gul sebagai Presiden. Jawaban mereka sungguh beragam, sesuai dengann latar belakang pandangan mereka terhadap sekularisme. Sebagian besar menjawab, masyarakat memilih Erdogan (dan partainya) lebih karena bukti kinerjanya ketika memerintah Istanbul. Seorang kawan malah mengatakan, karena keberhasilan Erdogan membersihkan Golden Horn (teluk Istabul) ketika menjadi walikota. Sehingga sekarang ia jadi bisa memancing dari pinggir jembatan, tak seperti dulu airnya sangat hitam dan pekat.
Satu orang yang menjawab karena, masyarakat Turki rindu akan sebuah sistem pemerintahan Islam masa Ottoman. Satu orang inilah yang menemaniku di masjid biru, ketika aku bilang hendak mencoba Shalat Ashar di mesjid tersebut. Sementara yang kawan-kawan yang lain menunggu di sebuah cafe sambil meminum bir khas turki ”efes”. Sebuah minuman, yang aku juga suka.
Note: Ketika Transit dalam perjalanan pulang, terdengar berita kalau Abullah Gul telah dilantik sebagai Presiden Turki.