Thursday, August 21, 2008

Rindu Kejutan F1

Menyaksikan pertunjukan F1 adalah menyaksikan sebuah pertarungan para pemilik modal dan penganut utama mahzab glamoritas. Lihatlah uang dibelanjakan dan gaya hidup para pelakunya. Mulai dari para eksekutif team, pembalab, teknisi, mekanik dan sampai pada sebagian besar penikmat setia tontonan ini. Semua terlihat wah untuk ukuran rata-rata penduduk dunia. Sulit bagi kita untuk membayangkan tontonan bareng F1 dilakukan di lapangan bulutangkis sebuah RT di tengah-tengah perkampungan Jakarta. Sebenarnya tidak ada yang salah. Alasan terkuat bagi para sponsor untuk mensponsori sebuah team atau tontonan F1 adalah eksklusifitas itu sendiri. Kemewahan dan premiumness adalah magnet utamanya. Ia meninggalkan konsep dasar efisiensi sebuah brand exposure. Apa yang biasanya disebut sebagai biaya per kontak.

Saat ini kemewahan F1 menjadi seperti lepas kendali. Ruang untuk ”team sekadar” menjadi tidak ada. Pertunjukkan F1 semakin melambung ke atas. Tempat yang tersedia hanyalah bagi pemodal-pemodal besar. Musim 2008 belum berakhir, sebuah team sudah menarik diri dari pertempuran. Alasan finansial membuat Team Super Aguri colong playu. Mundur dari gelanggang, karena isi kantong yang sudah kosong.

Bermacam aturan telah dicoba untuk mengerem agresifitas team-team besar. Namun hasilnya belum lah signifikan untuk mampu membuat jarak antar team menjadi dekat. Sebelum race dimulai, kita sudah bisa menebak team-team yang akan muncul di podium. Bahkan lebih jauh lagi, sebelum sebuah session dimulai. Akibatnya unsur kejutan sebagai sebuah daya tarik pertunjukkan menjadi sangat minim di F1. Ada kecenderungan Formula One Race bergerak ke arah kemonotonan. Walaupun di luar sirkuit, kita masih mendengarkan kejutan-kejutan dari persaingan antar team. Tapi secara teknis, kondisi monoton memang sudah di depan mata.

Sudah saatnya F1 memuaskan keiniginan penikmat layar kaca. Yang selalu berharap dengan kejutan-kejutan di setiap balapan. Biar taruhan-taruhan kecil bisa dilakukan, sebagai sebuah pelengkap menikmati sebuah tontonan. Perlu aturan-aturan dahsyat sebagai pengerem agresifitas team-team kaya. Atau, mungkin para team besar ini membutuhkan pendekatan lain. Sebuah sentuhan hati nurani, misalnya. Yang jelas, salib-menyalib di tengah race semakin sering disaksikan. Agar kami tak cepat bosan lalu beralih ke tempat lain. Ingat, kami punya sebuah alat bernama Remote Control!

No comments: