Wednesday, July 11, 2007

Adat dan Estetika 2

Martin Luther pernah berselisih paham hebat dengan seorang tokoh lain penentang utama kepausan Roma. Berdasar pada teori musuh dari musuhmu adalah sekutumu, tak seharusnya mereka berselesih sebegitu hebatnya. Mereka menjadi berkelahi sebegitu hebatnya hanya karena tidak sepakat soal pengandaian roti dan anggur. Padahal semua orang tahu, roti ya roti, anggur ya anggur.

Saya tak hendak menjadi seorang Martin Luther dalam adat minang. Tak perlu nama ini terpaku dalam sejarah peradaban minangkabau ini. Saya hanya ingin menjadi paku kecil saja. Tentu sebagian kita pernah membeli secara knock down sebuah rak buku atau rak TV bermerek Olympic dan sejenisnya di toko serba ada. Ketika merangkai kembali potongan-potongan rak tersebut di rumah, kita akan berhadapan dengan sekrup dan paku-paku. Baik besar ataupun kecil. Biasanya bagian terakhir yang kita pasang dan paling gampang pula adalah triplek penutup sisi belakang. Direkatkan ke bingkai-bingkai utama dengan paku-paku kecil. Itulah mimpi saya: menjadi sebuah paku kecil di belakang itu.

Kembali soal adat dan estetika, bagi saya memang sudah begitu. Soal hormat kepada orang tua, membantu yang susah, apalagi memandang air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, tak menjadi minang pun seyogyanya kita memang sudah harus begitu. Saya yakin dan percaya, masyarakat aztec atau suku inca juga punya nilai yang sama.

Tapi ini soal lain!

Ini soal ulayat, tata cara mengalokasikan tanah garapan oleh mamak kapalo kaum. Kebiasaan acara baralek, batagak pangulu atau tata cara berdukacita dan seterusnya. Apalagi hanya acara barundiang salasai makan, bajalan salapeh arak, soal tempat duduak urang sumando, induak-induak yang hanya mengurus hidangan saja. Lalu ketika keputusan sudah bulat, mamak kepala kaum berteriak ke induak-induak menyuarakan hasil keputusan. Disanalah ia menjadi estetika. Disana juga ia menjadi taplak meja dan pot bunga. Model rumah juga bisa. Kalau masih senang, silakan dipakai. Kalau tak senang lagi, cari model baru.

No comments: